INFOGRAFIS 2
LATIHAN
2
INFOGRAFIS
Gede
Aswina Budi Winaya
2102071006
Perancangan
Infografis “Tri Hita karana”
Penjelasan “Tumpek Wariga”
Perayaan tumpek wariga dilakukan oleh umat hindu setiap enam bulan sekali, ( 210 hari ) yaitu setiap hari saniscara keliwon wuku wariga, tumpek wariga sering disebut tumpek pengatag, tumpek pengarah, atau tumpek bubuh. Esensi dari perayaan tumpek wariga adalah adalah ungkapan rasa sukur kehadapan Ida Hyang Widi wasa, atas berkah dan rakhmatnya telah melimpahkan kesuburan alam semesta, sehingga semua tumbuhan dapat hidup dengan subur, berbunga dan berbuah yang berguna bagi manusia dalam mewujudkan kebahagiaan hidupnya baik jasmani maupun rohani secara harmonis. Secara jasmaniah manusia dapat menghirup oksigen, memanfaatkan akar, batang umbi buah, bunga dan daun dari tumbuhan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Sedangkan secara rohaniah, manusia bisa menikmati kehindahan alam, kesegaran dan kebugaran, sehingga pikran manusia cerah dan bersih, bahagia aman sentosa.
Upacara “Tumpek Wariga”
Saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan milik warga. Umat Hindu di Bali menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan. Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa: "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged...". Saat mengucapkan nged, biasanya diikuti dengan mengetok batang pohon sebanyak tiga kali. Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah banyak sehingga bisa menjadi bekal saat Galungan nanti.
Hasil Akhir
Komentar
Posting Komentar